Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Meminjam Modal untuk Memulai Bisnis Digital

againdonesia – Menjalankan bisnis pribadi tentu saja menguras banyak tenaga dan pikiran. Selain itu juga akan menguras banyak modal. Hal serupa juga tetap terjadi bila kita sedang berencana merintis bisnis digital. 

Lalu apa beda bisnis digital dan konvensional? Nyaris tak ada, kecuali bahwa bisnis digital berjalan di dunia digital. Selain itu keduanya sama-sama menjajakan ‘sesuatu’, entah itu dalam bentuk produk/barang maupun jasa.

Selanjutnya, apakah bisnis digital bisa mengakses permodalan yang sama seperti bisnis konvensional? Tentu saja. Pada dasarnya selama sebuah bisnis digital memiliki badan hukum yang jelas serta sanggup memberikan jaminan aset yang jelas, ia bisa mengakses modal pinjaman yang diberikan badan keuangan apapun. 

Jenis Pinjaman Untuk Modal Usaha Digital

Setidaknya ada enam jenis modal usaha yang bisa kamu gunakan sebagai modal bisnis: 

  • Pinjaman Koperasi Simpan Pinjam

Seorang anggota koperasi bisa meminjam sejumlah uang untuk digunakan sebagai modal usaha/bisnis.

pinjaman usaha bisnis digital

Dibanding pinjaman berbasis bank, koperasi simpan pinjam menyediakan pinjaman dengan bunga yang relatif lebih kecil dibanding pinjaman bank. 

  • Kredit Multiguna

Kebanyakan produk kredit multiguna biasanya merupakan milik bank, dan proses pencairannya biasanya disertai dengan jaminan tertentu. Nah, jaminan inilah yang kemudian menentukan besaran pinjaman yang diterima nasabah. 

Kekurangannya ada di bunga yang dikenakan cukup tinggi. Sehingga kamu harus mencermati betul kekuatan finansial bisnismu dan apakah prospeknya cukup baik dimasa depan. 

  • Kredit Tanpa Agunan 

Sesuai dengan namanya, nasabah yang berniat meminjam kredit tanpa agunan tak perlu memberikan jaminan apapun. Besaran pinjaman serta bunganya sangat tergantung pada syarat serta ketentuan yang diberikan pihak bank (karena pinjaman jenis ini biasanya memang diberikan oleh bank.)

Sebagai tambahan. Kredit Tanpa Agunan biasanya ditawarkan dalam banyak nama. Namun pihak pemberi pinjaman biasanya mensyaratkan hanya pegawai bergaji bulanan yang diperkenankan menerima pinjaman tanpa agunan. 

Baca Juga : Apa Bisnis Online Masih Menjanjikan di Tengah Wabah Covid-19

  • Meminjam di Peer to Peer Lending

Konsep peer to peer lending sebetulnya mengacu pada platform yang mempertemukan peminjam dengan investor. Plafon pinjamannya tidak begitu besar. Lagipula jangka waktunya lebih singkat dibandingkan jenis pinjaman lain.

p2p lending

Jika berminat meminjam di lewat perusahaan peer to peer lending, kamu sebaiknya memeriksa legalitasnya lebih dulu. Dengan kata lain, cek apakah perusahaan yang kamu tuju terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan atau tidak. 

  • Kredit Usaha Rakyat

Pemerintah punya inisiatif mengembangkan usaha kecil melalui platform Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ada banyak sekali bank di Indonesia yang menyediakan jenis kredit satu ini, termasuk Mandiri, BCA, BRI, BTN, BNI, dan seterusnya. 

Syarat KUR sendiri tidak bisa dibilang ringan, namun juga tidak bisa dibilang sulit. Yang pasti kamu harus memiliki usaha berbadan hukum yang sudah berjalan dalam jangka waktu tertentu. 

  • Modal Ventura

Kamu pasti sering mendengar perusahaan rintisan yang mendapat guyuran dana dari investor asing dong? Nah, biasanya investor asing itu sering disebut sebagai modal ventura. 

Pada prinsipnya perusahaan ventura memberikan pinjaman dana kepada peminjam dalam jangka waktu tertentu, dan terikat pada perjanjian kerjasama tertentu. Resikonya jelas jauh lebih tinggi bagi modal ventura, sebab seringkali perusahaan ventura menanamkan modal pada perusahaan yang belum jelas mampu memberikan keuntungan atau tidak. 

Hubungan peminjam dan pemberi pinjaman dalam platform ini biasanya seperti pemegang saham dan pelaksana operasional perusahaan.  

Jenis Pinjaman Lain yang Harus Kamu Ketahui

Untuk usaha kecil menengah yang memiliki masalah cash flow, setidaknya ada tiga jenis pinjaman yang bisa dilirik. 

  • Pertama adalah invoice financing dimana pihak peminjam menggunakan invoice sebagai jaminan untuk menarik pinjaman. 
  • Kedua adalah inventory financing dimana persediaan dagang atau inventaris yang dimiliki perusahaan dipakai sebagai agunan atau jaminan. 
  • Ketiga adalah receivables financing dimana peminjam menyerahkan dokumen berupa Surat Perintah Kerja (SPK) maupun Kontrak proyek yang dipegang. Dokumen tersebut bisa digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga. 

Apa Saja Syarat Meminjam Modal Untuk Bisnis

Jawabannya sangat tergantung pada kebijakan internal masing-masing perusahaan atau lembaga pemberi pinjaman. 

pinjaman koperasi simpan pinjam

Ada yang mensyaratkan peminjam supaya memberikan bukti bahwa usahanya sudah berbadan hukum, namun ada juga yang hanya meminta peminjam untuk menunjukkan bukti bahwa dia sudah bekerja dan atasannya memberikan rekomendasi kepada pihak pemberi pinjaman. 

Karena syarat yang beragam dan sangat tergantung pada kebijakan internal pemberi pinjaman, kamu sebaiknya mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang hal tersebut. Dengan begitu kamu bisa memilih dan mempertimbangkan apakah syarat pinjaman yang berlaku di sebuah lembaga bisa kamu penuhi atau tidak.  

Demikianlah hal-hal penting terkait pinjaman modal untuk bisnis yang perlu kamu ketahui. Pada prinsipnya kamu harus hati-hati betul ketika merencanakan bisnis dengan cara meminjam modal kepada pihak lain. Dengan rencana yang matang, bisnis pun bisa berkembang dengan baik.

Apa Bisnis Online Masih Menjanjikan di Tengah Wabah COVID-19

againdonesia – Wabah COVID-19 sudah mendera sejak Januari 2020. Tidak ada satupun negara di berbagai belahan dunia yang kebal dengannya. Dan efeknya pun sangat masif dan terasa di seluruh lini kehidupan kita. 

Yang paling sederhana dan terlihat: sekolah-sekolah semuanya tutup. Orang-orang bekerja dirumah. Pabrik-pabrik berhenti beroperasi. Dan semua orang yang keluar rumah memakai masker di wajah mereka. 

Ya. COVID-19 mengubah cara seorang manusia hidup. Lalu, apa dampak COVID-19 bagi dunia bisnis online? 

Peluang dan Prospek Bisnis Online di Tengah Pandemi 

COVID-19 memberi dampak yang sangat besar, terutama bagi bisnis e-commerce dan belanja online. Masalahnya sekarang banyak orang yang sangat memperhatikan aspek kebersihan dan kesehatan untuk semua hal, termasuk produk-produk yang mereka beli secara online.

bisnis online di tengah covid-19

Untungnya menurut WHO, kecil kemungkinan penderita COVID-19 menularkan virus lewat benda mati atau paket barang yang berpindah tempat dan disimpan di kondisi dan temperatur yang berbeda. Itulah kenapa prospek bisnis online masih terhitung menjanjikan di era pandemi seperti sekarang. 

Tetapi pertanyaannya, apa jenis barang yang bisa kita jual di tengah pandemi? Produk kebutuhan dasar agaknya lebih laku dijual secara online. Kebutuhan dasar yang dimaksud disini adalah makanan dan minuman. Kemudian alat-alat yang berfungsi sebagai pelindung tubuh agar senantiasa sehat dan bebas dari kuman.

Mungkin sekarang kamu berniat menjadi seorang pebisnis online yang menjual produk-produk kebutuhan dasar. Karena toh nyatanya produk-produk itu diasumsikan sedang laku. 

Akan tetapi bukan berarti kamu akan jadi pebisnis online yang sukses hanya dengan berjualan produk-produk yang sedang laku di era pandemi. Itulah kenapa kamu mesti mengenal karakteristik perilaku pembeli di era COVID-19, yang menurut NIELSEN terbagi menjadi 6 kategori:

  1. Pembeli yang berorientasi pada kesehatan, yakni orang-orang yang membeli produk kesehatan dan kebersihan tubuh. 
  2. Pembeli yang peduli pada manajemen kesehatan, yakni orang-orang yang membeli alat-alat pelindung seperti masker dan pembersih tangan. 
  3. Pembeli yang mempersiapkan diri dengan membeli stok barang-barang kebutuhan yang esensial. 
  4. Pembeli yang melakukan karantina mandiri namun tidak mempersiapkan diri dengan baik. Mengalami kekurangan kebutuhan hidup dan hanya sesekali berbelanja keluar. 
  5. Pembeli yang mengalami keterbatasan. Tidak bisa belanja online dan hanya sesekali berbelanja keluar. 
  6. Pembeli dengan kebiasaan baru, yang kembali melakukan rutinitas harian.  

Baca Juga : Daftar Tools yang Wajib Ada Selama Belajar Digital Marketing

Karena karakteristik pembeli berubah, demikian pula kita bisa melihat perubahan di pasar produknya.

perilaku pembeli di masa wabah corona

Nah, produk apa saja yang terkena dampak COVID-19? Setidaknya ada 6 jenis:

  • Fashion dan Pakaian

Ini adalah produk yang mengalami penurunan omset paling drastis di antara kategori produk lainnya, terutama bagi merek fashion yang memiliki toko fisik. Sebabnya sederhana: karena konsumen tidak lagi tertarik membeli produk fashion, selain karena ada banyak toko fashion yang sekarang tutup dan tidak lagi beroperasi di tengah pandemi. 

  • Barang Mewah dan Bermerek

Situasi kekinian tidak menyenangkan bagi pemilik merek barang mewah – sebutlah seperti Hermes, misalnya. Pasar barang mewah yang tergantung pada daya beli konsumen dari Asia kini tengah lesu karena pandemi. 

  • Streaming digital

Sebagian besar dari kita menjalankan kebijakan di rumah aja dan tidak lagi mengejar kebutuhan yang tidak terlalu penting. Walau begitu, kita tentu akrab dengan  layanan streaming konten digital seperti Netflix, kan? 

Nah, ada peningkatan jumlah orang yang mengakses layanan streaming selama pandemi. Mungkin karena mereka masih membutuhkan hiburan, jadinya layanan seperti itu mengalami kenaikan jumlah pelanggan di kuartal pertama 2020. 

  •  Makanan dan Minuman

Industri satu ini cenderung mengalami kenaikan jumlah pelanggan, sebab orang-orang sekarang mengubah kebiasaan mereka.

perubahan perilaku pembeli di tengah wabah virus corona

Dari belanja offline ke belanja online. Sekaligus lebih memilih opsi pengiriman makanan ketimbang makan di tempat. 

  • Produk Dalam Kemasan

Susu, oatmeal, yogurt, dan lainnya yang sejenis kabarnya mengalami peningkatan omset. Ini termasuk snack ringan yang banyak dijual di supermarket. 

  • Produk Kesehatan dan Keselamatan

Masker sudah pasti laris. Lalu produk-produk medis dan kesehatan lainnya juga mengalami peningkatan penjualan selama masa pandemi, termasuk hand sanitizer dan masker medis. 

Merencanakan Bisnis yang Lebih Baik

Begitulah. Pandemi bukan berarti akhir dari segalanya. Toh nyatanya ada banyak sektor bisnis online yang masih mampu bertahan di tengah gempuran COVID-19 yang kita sendiri tidak tahu kapan akan berakhir. 

Di tengah kondisi penuh ketidakpastian, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mempertimbangkan semua hal, termasuk membangun bisnis yang tahan banting. Tidak hanya mampu bertahan di tengah pandemi, namun juga terus berjalan di masa depan. 

Sekarang mungkin Anda bisa mulai membuka buku catatan dan merencanakan bisnis baru Anda. Acuannya sederhana: buatlah bisnis yang bisa dijalankan secara online, menjual produk yang dibutuhkan banyak orang, sekaligus bisa dikembangkan untuk masa depan yang lebih baik.